Segenggam Motivasi Kongkrit

Thursday, October 22, 2009

Segenggam Motivasi Kongkrit
Oleh: Egi Shofyan

Salam sejahtera !

Wahai saudaraku…dalam mengarungi samudra kehidupan ini, hal yang tak mungkin bisa di pungkiri adalah kita besentuhan dengan rasa letih, lesu, loyo,dan lemah. Keadaan tadi selalu menemani baik yang berhubungan dengan fisik, pikiran begitupun dengan batin kita. By The Way, mengapa hal ini masuk kedalam diri kita?, menyerang dalam tatanan kehidupan pribadi, organisasi, perkuliyahan, pergaulan dan lain sebagainya?

Adanya ketidak semangatan dalam hidup merupakan hal yang wajar sebagai fitrah manusia. Kita memperhatikan di sini, mengapa kita tidak punya power di saat permasalahan demi permasalahan menghampiri hidup ini? Kita tidak bisa memecahkan masalah, bahkan masalah ini terasa lebih besar ketimbang kemampuan kita. What's The Matter?, itu terjadi karena kekuatan kita tersembunyi atau kurang berfungsi.

Marilah kita sejenak merenung dan mencari mengapa power itu tidak muncul. Apa halangan, rintangan serta hambatan-hambatan yang di alami oleh seseorang sehingga powernya kurang berfungsi. Setidaknya ada empat penyebab, yaitu dua dari diri sendiri dan dua dari luar atau yang biasa kita kenal dengan faktor internal dan eksternal.

1). Penyebab internal yang pertama adalah adanya citra diri yang negatif. Di sadari ataupun tidak kita sudah menjalani hidup ini kurang lebih dua puluh tahun hingga sekarang dan tanpa terasa kita terhinggapi citra diri yang negatif. Parahnya lagi citra ini sudah menempel bukan saja bagi mahasiswa, namun bagi organisasi, dosen, orang tua, perusahaan dan lain sebagainya. Citra diri yang negatif ini sudah terbentuk dari kecil, yang membuat sulit untuk maju ke depan dengan maksimal.

Pernahkah Anda mengalami satu situasi dan kondisi yang mencekam ketika Anda duduk di SD, disaat pembagian raport mendapati nilainya sangat kurang baik dari apa yang di harapkan. Nilai merahnya lebih banyak di banding yang bukan merahnya, Tentunya perasaan malu, kecewa, sedih itu bercampur. Anda malu untuk menyerahkan raport itu pada orang tua. Namun akhirnya, Anda menyerahkan juga ke orang tua Anda, lalu, apa ekspresi wajah orang tua ketika melihat nilainya pada jeblok, tanpa di sadari orang tua Anda mengeluarkan kata-kata, misalkan: "memang kamu itu anak yang bodoh, kamu tuh tidak pintar". Tanpa di sadari kata-kata tadi terekam di dalam otak kita, akhirnya, ketika Anda dewasa mempunyai label "I'm Stupid". Jadi ketika Anda bangkit untuk maju, akan terbesit dalam pikiran Anda "Saya anak bodoh. Nah inilah citra diri yang negatif.

2). Penyebab internal kedua yaitu pengalaman buruk. Mungkin ada sebuah contoh yang bisa menggambarkan hal ini. Ketika Anda masih kecil, lalu di tinggalkan oleh kedua orang tua Anda begitu saja dan di titipkan ke nenek Anda, padahal di saat itu Anda membutuhkan perhatian, kasih sayang orang tua yang begitu besar. Pernahkah Anda mengalaminya? Dan bagaimana dengan perasaan Anda?

3). Kita memasuki penyebab yang ke tiga yaitu salah memilih teman, ada sebuah ungkapan yang menarik dari seorang filosof, "sebutkan teman-teman Anda, saya akan tebak siapa Anda". Apabila Anda memilih teman yang negatif maka Anda akan terbawa berpikiran yang negatif dan ketika Anda terbiasa berteman yang positif, maka Anda pun akan terbawa positif pula. Dan dalam ungkapan yang lain, "Anda yang sekarang akan sama dengan Anda 5 tahun mendatang kecuali dua hal yaitu: teman bergaul dan buku yang Anda baca.

Rasulallah memberikan nasehat kepada kita semua tentang cara memilih teman yang baik, di antaranya adalah yang pertama: sudahkah Anda bermalam di rumahnya?, karena setiap orang akan berpenampilan lain kalau di hadapkan pada kejadian-kejadian yang spontan. Misalkan seseorang ketika tersandung kakinya dengan batu, ada yang bersikap marah-marah, ada yang menggerutu dan ada yang berucap: "sesungguhnya kami dari Allah dan akan kembali kepada-NYA". Itulah sikap orang, berbeda-beda dalam menghadapi gelombang hidup ini. Yang ke dua kata Nabi, sudahkah engkau musafir (bepergian jauh) bersamanya?. Jadi, pada saat melakukan perjalanan dari Zagazig ke Kairo misalnya, maka sesuatu yang selama ini di sembunyikan akan terungkap, bisa jadi teman kita itu orangnya pemalas, orangnya semangat atau orangnya pelit dan sebagainya,

4). Ok, kita melihat penyebab yang ke empat, yaitu lingkungan yang buruk. Hidup ini tidak cukup berhadapan dengan teman yang baik, tetapi juga kita membutuhkan suatu komunitas yang baik dan sehat, sehingga kita bisa seimbang dalam menjalaninya. Misalkan Anda memiliki kemauan yang kuat untuk maju lebih baik, tetapi ketika Anda dalam lingkungan yang negatif maka Anda akan terkontaminasi, nilai-nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, sopan santun, tolong-menolong sesama manusia yang selama ini Anda miliki sedikit-sedikit akan luntur. Atau sebaliknya, kalau Anda berada dalam suatu komunitas yang positif, walaupun Anda pada awalnya negatif maka pergeseran dari perkataan dan perbuatan negatif itu akan terkontaminasi oleh nilai-nilai yang positif.

Maka Islam mengajarkan kepada kita konsep hijrah bukan saja pada fisik namun juga hijrah mental. Kita kenal bukan dengan sebuah hadits yang menggambarkan hal ini?. Di kisahkan seorang pembunuh yang telah membunuh 99 orang, ketika dia datang kepada seorang pendeta tentang keinginan bertaubat tetapi kata seorang pendeta itu tidak akan di terima tobatnya, Akhirnya pendeta tadi di bunuhnya juga sehingga menjadi korban yang ke-100.

Pada kenyataannya, dalam diri pembunuh itu masih menyimpan satu kerinduan yang tinggi untuk mendapatkan ampunan dari Tuhannya. Kemudian bertemulah dengan seorang laki-laki dan bertanya,"Apakah saya bisa mendapatkan ampunan setelah membunuh 100 orang?, laki-laki itu menjawab ,"ya, bisa kalau mau mengadakan perubahan". Trus apa yang harus saya lakukan"? kata seorang pembunuh, dan laki-laki itu menjawab,"Anda harus berpindah dari komunitas yang sekarang ke komunitas yang lain".

Jadi tindakan yang pertama berpindah dari linggkungan yang negatif ke lingkungan yang positif, perpindahan ini bukan saja pada aspek fisik tetapi juga aspek mental. Pada waktu perjalanan menuju tempat lain, pembunuh itu meninggal dunia. Pertanyaannya di manakah letak pembunuh itu, apakah Surga atau Neraka?

Terjadilah pembicaraan yang sengit antara Malaikat Rahmat dengan Malaikat Azab. Akhirnya, mereka sepakat untuk mendapatkan penengahan. Kalau terdapat pembunuh itu lebih dekat dengan tempat keburukan maka Malaikat Azablah yang mengambilnya. Namun, bila jarak pada tempat kebaikannya itu lebih dekat, maka Malaikat Rahmat mengangkat dan memasukannya kedalam Surga.

Ternyata kita tidak cukup hanya berpindah spiritual saja dalam melakukan perubahan diri. Mutlak juga di perlukan perpindahan fisik, dan lingkungan yang cukup memberikan pengaruh kepada kita untuk selalu berbuat apa-apa yang membuat-NYA ridha.

Wahai saudaraku…ada sebuah perkataan yang membuat saya tertarik. "Orang yang bermental pecundang akan berkata, perubahan itu mungkin tapi sulit". Sebaliknya, orang yang pemenang akan berkata lain,perubahan itu sulit tapi mungkin". Cobalah di renungi, semoga dengan perkataan ini bisa memperingan beban pemasalahan yang dihadapi.

Self Motivation

Kalau kita berbicara motivasi, tetunya kita mengenal dengan berbagai alasan orang mengerjakan sesuatu. Ada kalanya di niatkan cuma karena teman, karena takut sama doktor kalau tidak mengumpulkan tugas. Kuliyah sekadarnya saja dan bisa kita lihat yang kalau pergi ke Kuliyah gak bawa buku, pulpen pun tidak.
Agar perubahan dapat kita raih, rupanya kita perlu merenung dan jujur diri. Dapatkah kita merealisasikan 3 M ini, yaitu: Mulai dari diri sendiri, Mulai dari yang kecil dan Mulai saat ini pada aspek-aspek yang bernuansa positif. Seperti dalam keseharian kita, shalat berjamaah di masjid, hadir di kuliyah, mengikuti kajian-kajian, mendengar ceramahan dan lainnya.

Secara universal, motivasi terbagi menjadi 2 bagian yaitu motivasi yang datangnya dari dalam dan motivasi yang datangnya dari luar. Bisa di bayangkan bila seseorang termotivasi dari luar tentu dia akan merasakan apa ang disebut dengan istilah fluktuasi emosi. Kadang semangat kadang tidak. Jadi, hanya beberapa saat saja, kalaupun besemangat, dia tidak bisa istiqamah berkepanjangan seperti orang yang motivasinya berlandaskan kecintaannya terhadap yang menciptakan, yaitu Allah SWT. Dialah segala tempat mengadu, curhat, dan segala sumber solusi yang tak pernah kering dengan beriringnya zaman dan tempat.

Baiklah di sini saya hanya ingin mengangkat motivasi dari dalam atau self motivation. Kita memiliki aset yang di anugrahkan Allah, yaitu kebebasan untuk Memilih. Di dalam kehidupan ini ada pilihan-pilihan yang baik dan yang buruk, semua memiliki resiko dan konsekuensi. Ada formula yang terkadang kita melupakannya, yaitu faktor pertama; Ikhtiar dan usaha, karena secara hukum alam kita tidak mungkin mendapatkan sesuatu itu dengan gratis, instant dan langsung jadi. Butuh proses. Mustahil keinginan demi keinginan terwujud hanya berucap bimsalabim, langsung ada. Setelah itu faktor ke dua; do'a, ini sangat perlu, karena banyak keterbatasan-keterbatasan yang kita tak bisa untuk memikirkannya dengan akal sehat dan tak terjangkau oleh indra kita. Ke tiga, tawakkal dan berserah diri pada Allah. Apapun hasilnya, kita hanya sebatas perencanaan, Allahlah Yang Maha Merencanakan. Jelasnya dan pastinya, rencana Allahlah yang terjadi, atau manusia berencana Tuhanlah yang menentukan.

Epilog

What we are doing now? Marilah kita melakukan flash back, merancang kembali tujuan hidup kita, baik perencanaan hidup harian, mingguan, bulanan dan tahunan atau seumur hidup. Seandainya Allah SWT memberikan umur panjang, saya akan melakukan ini dan itu sampai akhir hayat.

Kebutuhan dalam perencanaan ini hendaknya menyeimbangkan antara jasmani, rohani dan fikiran kita. Hal ini di landasi dengan ikhlas karena Allah SWT semata dan sesuai dengan apa yang di contohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW.
Terakhir, ingat selalu pesan yang tertulis di dalam Al-Qur'an, "..Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya…".




0 comments:

Post a Comment